Kamis, 08 Februari 2018

Mencari Nafkah dari Cacing

Kehidupan memang pahit namun selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha, yah begitulah kehidupan para pencari cacing di sungai Cisadane. Tempat yang kerap dipanggil dengan sebutan Kampung Cacing terasa sederhana dengan deretan rumah-rumah berbahan bilik bambu.

Terdapat puluhan susunan rumah yang unik yang berdiri tepat di tepi sungai. Puluhan rumah itu sangat terlihat unik, karena bentuk dan susunannya. Tidak semua warga kota Tangerang tahu tempat apa itu, hanya sebagian orang yang tau dan mengenal tempat apa itu. Susunan puluhan rumah nan unik dan bergaya itu ternyata adalah sebuah kampung yang memang tidak terlalu terekspos di warga kota Tangerang, kampung ini di kenal sebagai Kampung Cacing.

Warga yang mengenal kampung ini hanyalah warga yang sering mempunyai keperluan dengan cacing-cacing yang di jual di kampung tersebut, biasanya warga sekitaran kota Tangerang membeli cacing tersebut untuk pakan ikan yang dipeliharanya. Selebihnya, bagi warga yang tidak mempunyai kepentingan dengan yang berbau dengan cacing pasti tidak akan tahun apa Kampung Cacing itu.

Kampung Cacing berdiri sejak tahun 1990, awalnya warga disini tidak langsung terjun mengelola dan mencari cacing, melainkan mereka ini dulunya adalah para petani sayuran.Berhubung wilayah tempat tinggal mereka ini tidak jauh dari perairan sungai Cisadane akhirnya mereka dapat penawaran langsung dari supplier cacing pada saat itu, dan akhirnya setelah mereka sewilayah berundig bersama dan mereka semua sepakat untuk beralih profesi menjadi pencari cacing.

Perpindahan profesi yang mereka alami cukup sangat singkat, awalnya mereka meninggali tempat tersebut pada tahun 1990 dan mereka mengawali langkah kehidupannya dengan bertani hingga tahun 1993, pada 1993 mereka beralih profesi menjadi pencari cacing hingga kini eksistensinya mereka tetap terjaga dari tahun 1993 sampai terbentuknya komunitas Kampung Cacing.

Warga yang tinggal di Kampung ini rata-rata semua itu pendatang dari luar kota seperti Cirebon, Indramayu, dan Brebes walaupun ada sebagian pendatang dari Bogor namun hanya ada satu atau dua kepala keluaga saja bila ditelusuri warga yang tinggal di kampung ini sama sekali tidak ada yang asli dari kota Tangerang sendiri, mereka semua murni pendatang dan berlatar belakang warga squatter.

Mencari cacing adalah ciri khas warga yang tinggal di Kampung Cacing. Berbicara mengenai ekonomi namanya manusia tidak pernah ada puasnya dan diantara mereka pasti ada yang memandang sebelah mata. Sumber ekonomi yang dihasilkan juga bisa terbilang lumayan dan masuk kedalam glongan menengah ke atas, namun apa boleh buat namanya juga pencari cacing mereka sudah dipandang sebelah mata oleh siapapun yang mendengarnya, padahal perputaran uangnya saja sebulan bisa sampai 30jt , itupun hanya untuk biaya pencarian cacingnya dan belum di hitung benefitnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar