Malam yang pekat dengan gelapnya menemaniku menunggu sebuah kepastian antara bahagia atau kecewa. Masih melekat dalam pikiranku angan angan tentang keindahan sebuah kota yang memiliki keramahan disetiap sudutnya, pedagang kaki lima yang duduk bersila dan beragam bangunan peninggalan Hindu-Budha yang ada sebagai ciri khas kota tersebut. Ya,kali ini aku dan teman temanku mendapatkan tugas untuk membuat sebuah film dokumenter di daerah Yogyakarta.
Keberangkatan kami sempat tertunda karena ketidaksiapan diriku dan beberapa orang lainnya untuk datang ke stasiun lebih awal, hingga akhirnya hal tersebut membuat kami ketinggalan kereta. Merasa kebingungan,kami melakukan pemilihan suara untuk menentukan lanjut atau tidaknya perjalanan kami. Hingga akhirnya sepercik harapan datang dari tukang travel yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami ke kota pelajar. Kesempatan itu pun tak kami sia siakan,malam itu juga kami berangkat menuju Yogyakarta dengan menggunakan mobil travel.
Perjalanan kami memakan waktu hingga 12 jam lebih, walaupun melelahkan, hamparan sawah serta kesejukan alam di sepanjang jalan berhasil menghapus keluh kesah kami. Setibanya di Kota Pelajar rintik hujan menyambut kami dengan lembut, dibalut dengan pemandangan Gunung Merapi yang berdiri kokoh membuat kami takjub dengan kekayaan Kota pelajar ini.
Selain kaya dengan alamnya kota ini juga memiliki ragam warisan budaya yang tidak akan pernah tergantikan.
Seperti halnya ketika kami mengunjungi salah satu situs bersejarah yaitu Candi Ratu Boko. Tempat ini begitu terawat dan seakan tidak dapat terbeli oleh apapun keindahannya. Jalanan yang menanjak menjadi salah satu rintangan kami untuk bisa mengunjungi tempat ini. Ketika memasuki wilayah Candi Ratu Boko, terlihat sebuah bangunan dimuka gapura. Bangunan yang berbentuk modern tersebut merupakan restoran yang bernama Plaza Andarwina, tempat tersebut adalah tempat tambahan untuk melengkapi fasilitas di situs bersejarah ini.
Memasuki pintu utama kami disuguhkan dengan Sisa bangunan pada zaman Hindu-Budha yang membentuk sebuah komplek. Kesejukanpun menemani kami karena tempat ini terletak pada sebuah bukit dengan tinggi 196 meter. Hal tersebut juga menjadi ciri khas dari situs bersejarah ini, lalu terlihat pola peletakan bangunan di candi ini yang dianggap bekas kerajaan karena terdapat beberapa sisa benteng dan parit yang membentuk sebuah pertahanan.
Dahulunya Candi Ratu Boko ini merupakan tempat pemukiman , segala bentuk upacara Hindu-Budha pernah dilakukan di tempat ini.
Salah satunya adalah upacara suci yang diadakan pada malam satu sura, upacara ini dilakukan dengan pengambilan air suci dari mata air suci yang terdapat di wilayah candi tersebut. Ketika kami beranjak mengelilingi situs ini terdapat juga beberapa kolam pemandian untuk kesucian.
Tidak jauh dari situ terlihat sebuah tempat yang terletak disebelah kiri gapura yaitu tempat Kremasi atau tempat pembakaran mayat, pada saat kami mengunjungi tempat ini aura mistis pun masih terasa, bahkan ada beberapa orang yang melemparkan koin ke dalam tempat tersebut. Lalu terdapat juga goa goa yang digunakan untuk kegiatan adat dari warga sekitar dulunya. Berkisar 3 km dari tempat ini kami dapat melihat kompleks Candi Prambanan.
Lalu menjelang sore hari terdapat moment yang sayang untuk di lewatkan jika mengunjungi situs bersejarah ini yaitu melihat surya tenggelam . Hal tersebut menjadi salah satu keistimewaan Candi Ratu Boko yang bertempat di atas bukit.
Setelah puas mengunjungi Situs Bersejarah Candi Ratu Boko, kami mengunjungi salah satu tempat yang sudah tersohor dengan pedagang kaki limanya yaitu Malioboro. Selain pedagang yang menjual oleh oleh khas Yogyakarta, tempat tersebut juga menjadi surga bagi para penikmat kuliner.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar