Perpustakaan telah dipilih menjadi konsep The Reading Room, kafe ini berada di kawasan Kemang Timur raya no. 57 A-B. hampir semua ruangannya tertutup rapat oleh buku- buku yang tersusun rapih di rak maupun yang menempel di temboknya, seolah – olah ratusan buku tersebut menjadi jiwa dari the reading room café.
Tempat yang penuh dengan literasi inspirasi ini bukan sekedar tempat nongkrong semata, namun juga bisa untuk menyalurkan hobi membaca, pasalnya buku yang berdiri di atas rak kayu berbalut warna cokelat itu, diperbolehkan untuk dibaca dengan syarat menyerahkan identitas diri (KTP).
Ratusan buku-buku mengisi sepertiga ruangan lantai satu maupun lantai ke duanya. Buku tersebut merupakan koleksi dari sang pemilik kafe, Richard Oh, seorang sutradara sekaligus penulis. Buku karangannya ia simpan di lantai dua kafe ini, ia taruh di dalam rak kaca yang panjang.
Kafe ini terdiri dari dua lantai, dimana lantai pertamanya diperuntukkan bagi pengunjung yang tidak merokok, cinta dengan keheningan dan sedang mencari inspirasi. Di lantai pertama, pengunjung pasti terganga sejak pertama kali membuka pintu kafe, karena suasana perpustakaan begitu terasa. Keheningan dan alunan musik yang indah menyelimuti seluruh ruangan lantai satu. Bahkan untuk berbicara saja, pengunjung akan merasa‘kagok’ karena berpikir akan mengganggu pengunjung yang lainnya. Untuk menggeserkan kursi saja harus menengok ke kanan dan ke kiri.
Sedangkan di lantai ke dua merupakan smoking area, dimana pengunjung bisa merokok sambil mengobrol ria dengan teman-teman. Tapi jangan heran jika suasana di lantai ke dua ini, akan jauh terasa berbeda dengan perpustakaan. Di lantai ini lebih bising oleh suara orang mengobrol, tawa dan asap rokok yang mengepul memenuhi isi ruangan.
Bagi sebagian orang yang tidak bisa menghirup bau asap rokok, jangan coba-coba untuk mencari buku di lantai dua, karena ruangannya agak bau rokok dan tentunya penuh dengan asap rokok, biarpun terdapat dua jendela di ruangannya, akan tetapi tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Jadi para smoker dibiarkan untuk merokok di dalam ruangan tertutup bahkan menggunakan Air Conditioner.
Keunggulan lain dari the reading room ini, selain menyediakan ratusan buku untuk para pengunjung yang gemar membaca, ia juga menyediakan mini theater untuk screening film – film festival atau sekadar untuk nonton bareng teman – teman, juga menyediakan berbagai macam makanan dari Khas Indonesia hingga Western.
Sayangnya sop buntut yang ada di kafe ini, antara rasa dan harga yang di tawarkan tidak sepadan. Harganya Rp.75.000.00, yang dirasakan dari sop buntutnya sendiri hanya licinnya minyak di lidah, serta asamnya jeruk nipis yang berlebih.
Tidak hanya sop buntut saja yang dipenuhi minyak, menu nasi goreng sapi seharga Rp.45.000.00 pun begitu demikian, dipenuhi cairan kuning alias minyak, akan tetapi dalam memasak nasi goreng ini, sang koki berbaik hati dengan mencampurkan potongan daging sapi yang besar dan banyak pula, sampai – sampai lelah untuk mengunyahnya.
Kafe yang terletak di samping Toy Shop ini menyediakan juga berbagai minuman mulai dari teh, juice, mocktail, softdrink dan juga berbagai jenis kopi. Tapi jangan heran pada saat memesan minuman pengunjung akan merasa kecewa karena sebagian besar dari minuman yang tersedia bahan bakunya tidak tersedia.
Salah satunya ketika sudah merasa lelah dan ngantuk ketika membaca buku yang tersedia, pengunjung memesan secangkir cappuccino, tetapi tak ada karena susu nya habis, seharusnya sebagai coffeeshop, kafe ini lebih memerhatikan ketersediakan bahan baku utamanya sebagai coffee shop.
Perpustakaan unik ini buka setiap hari senin sampai jumat mulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu hingga pukul 24.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar